Monumen Bambu Runcing di Surabaya tuh bukan sekadar tugu biasa, tapi jadi simbol perjuangan arek-arek Suroboyo pas ngelawan penjajah dulu. Monumen ini ngingetin kita soal keberanian rakyat Surabaya yang nekat lawan musuh cuma bermodalkan bambu runcing, sementara lawannya udah pake senjata modern.
Ceritanya balik ke masa revolusi 1945–1949, terutama pertempuran 10 November yang legendaris banget. Waktu itu pemuda-pemuda Surabaya bener-bener berani mati, nggak peduli minim senjata, yang penting tetep berjuang buat mempertahankan kemerdekaan. Dari situ lahir ide bikin Monumen Bambu Runcing biar generasi sekarang nggak lupa sama semangat juang mereka.
Monumen ini lokasinya ada di tengah kota Surabaya, tepatnya di Jalan Panglima Sudirman. Bentuknya terdiri dari lima bambu yang diruncingin, keliatan ikonik banget. Katanya, desainnya juga dilengkapi air mancur yang bisa ngalir di momen-momen tertentu, jadi makin keren kalau dilihat langsung.
Kenapa dulu pilihannya bambu runcing? Karena gampang dicari, murah, dan lumayan efektif buat perang jarak dekat. Senjata ini jadi solusi pas pejuang kekurangan persenjataan modern, tapi semangat nggak boleh padam. Apalagi setelah proklamasi, Indonesia masih harus menghadapi Jepang yang belum sepenuhnya pergi, Belanda yang pengen balik berkuasa, plus sekutu yang siap ngambil alih.
Selain jadi simbol sejarah, kawasan Monumen Bambu Runcing juga dihias taman penuh tanaman hias, bikin suasananya adem dan enak buat dikunjungi. Makanya monumen ini sering banget jadi spot foto sekaligus destinasi wisata sejarah di Surabaya.
Intinya, Monumen Bambu Runcing bukan cuma pengingat masa lalu, tapi juga jadi inspirasi buat generasi sekarang biar tetep semangat, berani, dan nggak gampang nyerah dalam menjaga kemerdekaan.
Disadur dari kumparan.com