Penerapan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) 11% buat Iuran Pengelolaan Lingkungan (IPL) apartemen bakal bikin makin banyak orang malas tinggal di hunian vertikal.
Ketua Umum DPP P3RSI, Adjit Lauhatta, bilang kalau okupansi apartemen udah turun sejak Covid-19, dan sampai sekarang banyak yang belum balik kayak dulu.
“Okupansi saat Covid-19 saja rata-rata turun ya, penyewa itu kan dia akan membayar harga sewanya, membayar IPL plus lagi 11% tadi. Nah ini pasti akan membuat mereka keberatan dan tidak mau tinggal di apartemen,” ungkap Adjit dalam acara konpers P3RSI yang dilaksanakan di kawasan Jakarta Selatan, Selasa (24/09).
Nggak cuma penyewa, Adjit juga bilang PPN 11% ini bakal ngaruh ke orang-orang yang udah punya atau sewa apartemen. Banyak yang bakal mikir ulang buat tinggal di apartemen karena beban tambahan ini.
Nggak menutup kemungkinan bakal ada yang cabut dari apartemen gara-gara tambahan beban PPN ini. Yang udah investasi di apartemen juga bisa rugi, menurutnya.
Wakil Ketua Umum DPP Real Estate Indonesia (REI), Bambang Ekajaya, juga bilang kalau PPN 11% buat IPL bakal bikin orang makin menjauhi apartemen sebagai tempat tinggal.
“Sekarang kalau diterapkan PPN 11% pasti makin membuat orang menghindari tinggal di apartemen komersial non subsidi. PPN ini kan membuat beban IPL-nya makin tinggi,” ungkapnya saat dihubungi Kontan, Selasa (24/05).
Menurut Bambang, pengenaan PPN ini nggak tepat, soalnya PPPSRS yang ngelola apartemen itu badan non-profit, bukan bisnis komersial. IPL itu juga urunan warga, bukan usaha.
“Ini tentu tidak selaras dengan title perhimpunan penghuni, ini kan kumpulan penghuni yang mengelola apartemen sifatnya non profit bukan bisnis komersial. Kami sangat berharap asas non profit itu tetap membuat IPL bukan jenis usaha yang dikenakan PPN,” Bambang menegaskan.
Kalau lihat riset dari Colliers Indonesia, minat orang buat tinggal di apartemen emang masih kalah sama rumah tapak. Banyak pengembang yang udah mulai ngurangin pembangunan apartemen dan lebih fokus ke rumah tapak yang pembangunannya lebih cepet.
Colliers juga mencatat dari kuartal pertama sampai kuartal kedua 2024, nggak ada proyek apartemen baru yang diresmikan. Permintaan apartemen cuma nambah 330 unit di kuartal kedua.
Padahal harga apartemen di Jakarta sejak 2018 nggak ada perubahan signifikan. Rata-rata masih di angka Rp35,6 juta per meter persegi. Kenaikan harga biasanya cuma gara-gara ada proyek baru di sekitar hunian itu.
Disadur dari industri.kontan.co.id