Hey Kamu para investor, pemerintah menawarkan kerja sama nih, berupa pengembangan aset negara di Los Angeles, AS. Pemerintah dalam hal ini adalah Lembaga Manajemen Aset Negara (LMAN) Kementerian Keuangan (Kemenkeu).
LMAN memiliki mitra advisory yang melayani konsultasi pengembangan aset negara yaitu Konsulat Jenderal Repubilik Indonesia (KJRI) Los Angeles yang juga selaku pengelola aset.
Bramantya Harimurti selaku Kepala Divisi Riset Konsultasi Manajemen Risiko LMAN menyebutkan, pihaknya telah menjalin kerja sama dengan KJRI Los Angeles pada 2020 kemarin.
Kerja sama tersebut berbuah dokumen terkait pemanfaatan dan pengembangan lahan kosong yang dikelola oleh KJRI Los Angeles. Lahan kosong tersebut memiliki luas area 11.814 sqft (kaki persegi) atau sekitar 1.097 meter persegi.
Lahan kosong tersebut berlokasi berdekatan dengan area bisnis yang melintasi Koreatown, yakni Wilshire Boulevard. Sedangkan Koreatown sendiri memiliki kemudahan akses untuk ke pusat kota atau downtown yaitu sekitar 3,7 mil (5,9 Km).
Kemudian, 17 mil (27,3 km) ke Bandara Internasional Los Angeles, serta 4 mil (6,4 kilometer) ke Hollywood dan Pantai Santa Monica di timur.
“Keluarlah suatu konsep, bahwa nanti KJRI Los Angeles akan dibangun sebuah hotel,” ungkap Bramantya secara virtual, Jumat (08/10/2021).
Menurut Dia, konsep pengembangannya berbeda dengan hotel pada umumnya. Nanti bakalan terdapat semacam galeri Indonesia yang menjadi pusat kebudayaan.
“Jadi masyarakat Los Angeles yang ingin mengetahui Indonesia bisa mengunjungi aset ini,” ujarnya.
Nantinya 70 persen dari bangunan untuk komersial hotel, sedangkan 30 persen lainnya untuk promosi budaya Indonesia.
“Ini merupakan mimpi besar yang tidak fokus pada sisi finansial saja, tetapi kami juga ingin membawa rasa Indonesia,” terangnya.
Total pengembangan aset bangunan yang akan didirikan memiliki luas 31.900 sqft atau 2.963 meter persegi yang mencakup lantai dasar, lantai 2, dan lantai 3.
Lantai dasar meliputi Gallery Indonesia, Reception, Lobby & Lounge, Restaurant, Office, Meeting Room, Loading space, Parking, dan Utilities. Sementara lantai 2 dan 3, masing-masing diperuntukkan sebagai hotel room 24 unit dan utilities.
Diperkirakan biaya investasi aset ini sekitar 10,3 juta Dolar AS atau Rp 147 miliar. Model keuangan akan diproyeksikan selama 30 tahun lantaran skema kerjasama yang feasible yakni operasional Build Transfer Operate (BTO) atau Build Operate Transfer (BOT).
Berangkat dari asumsi keuangan umum tersebut, proyeksi pendapatan Room Food & Beverages (F&B) rata-rata operating profit sebesar 731.728 dolar AS atau sekitar Rp 10,4 miliar per tahun.
Sedangkan rata-rata proyeksi pendapatan Telephone & Other Operated Department (OOD), pengeluaran operasional lainnya sebesar 270.489 dolar AS atau sekitar Rp 3,8 miliar per tahun.
Kemudian indikator keungannya meliputi proyeksi Net Present Value (NPV) 233.570 dolar AS atau sekitar Rp 3,3 miliar, proyeksi Internal Rate of Return (IRR) 14,5%, dan payback period 15 tahun 7 bulan.
“Proyek ini secara keuangan layak dengan mempertimbangkan pasar dan lokasi aset. Sehingga sangat berpotensi kami kembangkan,” pungkas Bramantya.
Disadur dari kompas.com