Mengingat backlog kepemilikan rumah di Indonesia yang hampir menyentuh angka 13 juta. Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani mempaparkan peran sekuritisasi kredit pemilikan rumah (KPR) dalam rangka penyediaan hunian terjangkau bagi masyarakat berpenghasilan rendah (MBR).
Pemerintah sebenarnya juga memiliki program KPR subsidi yang bersumber dari APBN, tetapi alokasinya pun juga terbatas. Untuk itu, blio mendorong para pihak terkait untuk menggalakkan sekuritisasi mortgage berupa KPR untuk dapat membantu menekan backlog rumah.
“Itu keinginan untuk mengejar kebutuhan yang begitu besar, 12 juta backlog. Sementara kita kalau menggunakan hanya APBN saja enggak akan bisa terkejar secara cepat,” ungkap Sri Mulyani dalam Webinar Bertajuk Securitization Summit 2022, Rabu (06/07/2022).
Sri mencontohkan, sekuritisasi hunian yang dicicil pemilik dalam tempo 15 tahun menjadi sebuah underlying asset hingga kemudian dijual ke secondary market.
“Kalau kita namanya efek beragun aset (EBA). Asetnya itu mortgage, bukan rumahnya. Cicilan setiap bulannya itu yang kemudian di-package dalam bentuk sekuriti baru, surat berharga baru, yang kemudian bisa dibeli oleh investor,” pungkasnya.
Kemudian, investor melakukan penilaian terkait risiko dan rate return-nya. Sehingga dapat menciptakan likuiditas baru bagi penerbit EBA.
“Kemudian bisa membuat mortgage baru lagi,” terangnya.
Karena itulah, Bu Menteri meminta PT Sarana Multigriya Finansial (Persero) atau SMF untuk terus bekerja sama dengan para pihak terkait untuk dapat membangun sebuah kerangka kebijakan dan bahkan mengembangkan aturan hingga instrumennnya.
“Sehingga kita bisa membangun bersama ekosistem pembiayaan perumahan di Indonesia,” ujarnya.
Sementara itu, Ananta Wiyogo selaku Direktur Utama SMF menyampaikan, sekuritisasi akan menghubungkan antara aset tidak likuid menjadi likuid.
Tidak liquid itu biasanya merupakan aset-aset mortgage yang ada portfolio di bank. Contoh, portofolio KPR dengan jangka waktu 15 tahun bisa diuangkan menjadi likuid di pasar modal.
“Kita meng-securitize, kita jual ke capital market, dibeli oleh investor, duit yang ada kita kembalikan lagi kepada bank untuk disalurkan lagi sebagai KPR baru,” ungkap Ananta Wiyogo.
Dengan keberadaan instrumen yang relatif aman dan return bagus, akan memberi kenyamanan kepada investor untuk berinvestasi lebih di EBA SP.
“Juga membantu mengurangi backlog rumah karena uangnya itu digunakan untuk mortgage yang baru,” tandasnya.
Disadur dari kompas.com