Sektor Properti Masih Akan Aman-Aman Saja Meski BBM Naik

Naiknya harga Bahan Bakar Minyak (BBM) sudah tentu bakal turut meningkatkan inflasi hingga suku bunga kredit. Meski begitu, pondasi ekonomi nasional yang cukup baik masih tetap akan mendorong pertumbuhan ekonomi dengan asumsi inflasi 5-7 persen. Itu berarti perekonomian masih tumbuh 5 persen dan hal itu masih dianggap cukup baik untuk sektor properti.

Tanggal 3 September 2022 kemarin pemerintah resmi menaikkan harga BBM dan berbagai kalangan telah merilis hasil analisisnya pada situasi bisni dan perekonomian.

Dipastikan dengan adanya kenaikan harga BBM angka inflasi akan naik ke posisi 5-7 persen pada tahun 2022 ini selain suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) yang akan naik sampai 100 basis poin.

Beberapa waktu yang lalu BI telah menaikkan suku bunga acuannya sebesar 25 basis poin dan dengan adanya kenaikan harga BBM ini suku bunga acuan akan naik dari sebesar 3,5 persen menjadi 4,5 persen yang tentunya akan berdampak pada kenaikan suku bunga pembiayaan, terutama pembiayaan perumahan (KPR).

Di sisi lain, meski kenaikan BBM yang berimbas pada situasi inflasi, kenaikan suku bunga, maupun dampak lainnya, diramalkan masih tetap akan membuat perekonomian Indonesia terutama situasi makro ekonomi menorehkan kinerja yang positif. Masih banyak potensi yang bisa bikin perekonomian nasional dilihat secara positif.

Menurut Hendry Wijaya, Financial Educator Manager Sucor Sekuritas, saat ini inflasi Indonesia berada di level 4,69 persen dengan inflasi inti 3,04 persen. Adapun target inflasi yang diumumkan BI pada tahun 2022 sebesar 3 persen dengan range plus-minus 1 persen sehingga diperkirakan inflasi inti sebesar 4 persen.

“Inflasi tentunya akan terkerek imbas kenaikan harga BBM yang menurut perhitungan kami dalam kisaran 5-7 persen. Untuk kenaikan suku bunga acuan menjadi 4,5 persen tentunya akan berimbas pada naiknya yield obligasi dan mendorong bond spread yield kita yang semakin melebar dan itu akan mengundang investor asing untuk masuk sehingga capital flow dan rupiah menjadi lebih stabil,” ujar Hendry.

Menurut Hendry, situasi ini tak akan mengganggu pertumbuhan ekonomi di Indonesia naik 5,44 persen pada kuartal kedua 2022. Kenaikan ini terbilang pertumbuhan yang baik ketimbang negara lain seperti Amerika yang bakal terkoreksi 0,6 persen sedangkan di Eropa hanya naik 0,6 persen, Cina 0,4 persen, Jepang 2,2 persen, dan Singapura yang terkoreksi minus 0,2 persen.

Pertumbuhan ekonomi di Indonesia ini dinilai cukup kuat untuk meredam efek dari naiknya harga BBM, tak terkecuali pada kenaikan suku bunga.

Di sisi lain, dalam kurun waktu 29 bulan ini neraca perdagangan nasional juga selalu surplus semenjak harga komoditas terus meningkat.

 “Saat ini sektor market cap indeks harga saham gabungan (IHSG) ditopeng oleh sektor banking atau finansial dan pembiayaan properti termasuk di dalamnya. Loan growth industri perbankan masih tumbuh tinggi mencapai 10,71 persen sehingga kalapun inflasi mencapai 5-7 persen tahun ini pertumbuhan ekonomi masih bisa di angka 5 persen dan ini masih cukup baik khususnya untuk sektor properti,” paparnya.

Disadur dari rumah.com

Bergabunglah dengan Diskusi

Compare listings

Membandingkan