Masalah di Kota Yogyakarta atau Jogja ini bikin warganya menunjukkan kreativitasnya, salah satunya adalah dari Perkumpulan Konsultan Hukum, Pertanahan, Konstruksi dan Properti Yogyakarta.
Mereka bikin yang namanya alat insinerator atau alat penghancur sampah yang diklaim praktis menangani sampah jenis residu. Dengan insinerator ini, sampah residu yang dihasilkan tinggal dibakar dan langsung jadi abu.
Krisna Adimurti selaku Ketua Perkumpulan Konsultan Hukum, Pertanahan, Konstruksi dan Properti Yogyakarta, bilang sudah sejak lama ia bersama tim ahli merancang alat pemusnah sampah tersebut.
Lalu, ia mengenalkan alat tersebut kepada warga Jogja yang lagi dilanda darurat pengolahan sampah. Dengan insinerator ini, Krisna berharap TPA Piyungan tak lagi menerima sampah residu.
“Dengan alat ini tidak perlu lagi kita pikir buang di mana sampah residu, karena 90 persen jadi abu,” katanya, Minggu (13/8/2023).
Krisna bilang, pengujian emisi dan abu ke beberapa instansi terkait buat ngelihat sampai sejauh mana efektivitas dan keamanan alat ini bagi lingkungan sudah dilakukan.
Jika insinerator ini udah memenuhi syarat dan ketentuan yang berlaku, maka alat pemusnah sampah ini bakal disebarluaskan ke beberapa wilayah.
“Kami juga sudah rancang generasi terbaru dari alat ini dengan sistem yang lebih bagus untuk mengurangi asap,” terangnya.
Oh ya, sebagai informasi alat insinerator ini bentuknya persegi panjang dengan ukuran 2×1 meter persegi dengan cerobong asap yang menjulur ke atas di bagian belakannya.
Ada 2 ruangan yang pertama berfungsi sebagai perapian, lalu ruangan kedua atau di bagian atasnya berfungsi buat masukin sampah yang mau dibakar. Alat itu bisa menghancurkan 1,5 sampai 2 ton per hari tergantung jenis sampah yang dibakar.
Insinerator ini dibuat oleh Dadang Suryana, ia terinspirasi dari mesin pabrik tebu ketika membuat alat tersebut. Diketahui pabrik tebu memanfaatkan sampah dan ampas dari tanaman itu untuk mengolah produknya. Alat ini pun juga gak butuh bantuan apa pun dalam membakar sampah. Cukup dengan sampah yang sudah gak berguna.
“Direkomendasikan bahwa sampah yang dibakar benar-benar sampah residu dan harus ditekan lebih dulu sebelum dibakar guna mengurangi kadar airnya,” ungkapnya.
Kadar air yang direkomendasikan dari sampah residu mencapai 40 persen, jika lebih dari itu, maka bakal menimbulkan asap hitam pekat.
Dia juga mengaku sedang merancang generasi baru dari alat ini yang lebih bagus. Terdapat penyaring berupa karbon di bagian belakang alat buat menyerap asap, sehingga tidak mengganggu lingkungan dan masyarakat sekitar.
“Filter itu juga akan membuat suhu di dalam alat stabil di angka 500-1.000 derajat Celcius, sehingga asap yang keluar sedikit,” katanya.
Di lain pihak, Ahmad Haryoko selaku Kepala Bidang Pengelolaan Persampahan DLH Kota Jogja, berpesan penggunaan alat pembakar sampah harus benar-benar memperhatikan aspek lingkungan dan sosial masyarakat.
Jangan sampai alat ini justru menimbulkan masalah lingkungan. Karena itu ia meminta agar uji laboratorium alat itu harus keluar dulu baru bisa digunakan secara massal.
“Kalau memenuhi syarat sesuai dengan yang digariskan oleh KLHK dan masyarakat menerima bisa dipakai, kalau banyak yang protes dari warga dan hasil uji laboratoriumnya tidak masuk ya tidak bisa dipakai. Harus memenuhi regulasi,” tandasnya.
Disadur dari tribunjogja.com