Sejarah Jalan Terpadat di Jogja yang Makin Hari Makin Nyebelin

Jalan Kaliurang makin hari makin nyebelin. Salah satu jalan menuju kawasan wisata Kaliurang ini dari tahun ke tahun makin padat. Tetapi, di balik semua itu ternyata Jalan Kaliurang menyimpan cerita panjang.

Siapa pun Kamu, akamsi atau anak rantauan yang setiap hari melintasi Jalan Kaliurang, pasti tau betul gimana ramenya dan gak menyenangkannya jalan ini. Apalagi pas jam berangkat atau pulang kantor, beuhh!

Pernyataan itu bukan sebatas subjektifitas saja, tapi Dinas Perhubungan (Dishub) DIY juga mencatat Jalan Kaliurang adalah jalan terpadat se-DIY.

Jalan Kaliurang atau orang Jogja sering nyebutnya dengan istilah Jakal, nilainya di atas angka 0,87 derajat kejenuhan, tepatnya 0,9. Kapasitas Jakal ini adalah 2.177 kendaraan. tapi, volume kendaraan yang melintas sudah sampai 1.954.

Dishub DIY bilang, ada sejumlah alasan yang bikin jakal semakin padat. Salah satunya pasti pertambahan jumlah kendaraan. Yang lainnya adalah banyaknya tempat parkir di bahu jalan, serta tidak ada penambahan lebar dan ruas jalan.

Jakal semakin menjadi ketika musim liburan tiba. Gak cuma motor dan mobil, tapi Kamu juga bakal berhadapan sama bus pariwisata yang gede-gede. Maklum, Jakal adalah jalan utama ke Kaliurang, sebuah kawasan wisata dengan spot-spot menarik.

Ngomongin soal Kaliurang, sebenarnya Kaliurang udah jadi tempat healing favorit sejak jaman Belanda lho. Kaliurang kan lokasinya ada di lereng Gunung Merapi, otomatis hawa di sana terasa sejuk. View-nya juga hijau ala pegunungan gitu lho.

Sudah ada sejak jaman Belanda

Cikal bakal Kaliurang sudah ada sejak 1920-an silam. Waktu itu banyak orang Belanda yang meminta izin ke pemerintah kolonial Belanda buat bikin vila di lereng Gunung Merapi.

Waktu itu orang Belanda memang sering bikin station hill, terutama yang baru tinggal di Indonesia karena kesulitan beradaptasi dengan iklim daerah tropis.

Dengan makin berkembangnya kawasan itu, pemerintah kolonial Belanda pun memperbaiki Jalan Kaliurang lewat Dienst Sultanaatweken, pada 1923. 

Mengutip laman Museum Ullen Sentalu, sebelumnya memang sudah ada akses jalan ke kawasan wisata itu, tapi cuma sampai daerah Pakem.

Begitu diperbaiki, aksesnya diperpanjang sampai Kaliurang. Aksesnya pun semakin gampang. Bahkan, layanan bus dari Yogyakarta ke Kaliurang juga mulai beroperasi di tahun yang sama.

Itulah mengapa pada mulanya Jalan Kaliurang bernama Pakemweg atau Jalan Pakem. Nama ini diambil dari nama daerah yang letaknya di paling utara ujung jalan panjang tersebut.

Waktu itu, jalan yang bernama Pakemweg lebih panjang ketimbang Jalan Kaliurang saat ini. Pakemweg juga meliputi Jalan C Simanjuntak (jalan samping Mirota Kampus) dan Jalan Persatuan (jalan di samping Grha Sabha Pramana UGM).

Disadur dari mojok.co

Bergabunglah dengan Diskusi

Compare listings

Membandingkan