Tau gak sih, TPA Piyungan di Bantul resmi ditutup tahun 2024 setelah 28 tahun beroperasi? Padahal, tempat ini awalnya cuma diproyeksikan bertahan sampai 2010, tapi malah dipaksa lanjut terus.
Nah, gara-gara TPA ini tutup, daerah-daerah yang biasa buang sampah ke sana, kayak Sleman, Bantul, dan Kota Jogja, sekarang harus lebih kreatif ngolah sampah. Salah satu solusinya? Gerakan Shodaqoh Sampah Muhammadiyah (GSSMu) Ngaglik!
Komunitas ini muncul karena sadar bahwa sampah gak harus selalu jadi masalah—kalau dikelola dengan baik, bisa jadi berkah & manfaat buat banyak orang!
Dari Sampah Jadi Manfaat, Gak Sekadar Dibuang!
Setiap Ahad Pahing, komunitas ini ngumpul di Masjid Ahmad Dahlan (MAD) buat memilah sampah. Sampahnya dikumpulin dari jamaah yang dateng pagi-pagi buat ngaji, atau dijemput langsung sama tim GSSMu.
Jenis sampah yang mereka kelola? Plastik, kaca, logam, kertas, elektronik, sampai minyak jelantah. Semua dipilah terus dijual lagi. Dalam sehari, mereka bisa ngumpulin hampir 900 kg sampah, loh!
Uangnya? Bukan buat kantong sendiri, tapi dipakai buat bantu masyarakat sekitar & jamaah masjid. Bahkan setiap Ahad Wage, hasil penjualan sampah ini disalurkan dalam bentuk bahan makanan buat warga yang butuh.
Bentuk Generasi Peduli Lingkungan dari Kecil
GSSMu gak cuma urus sampah, tapi juga pengen bikin anak-anak melek lingkungan sejak dini. Makanya, mereka bikin GSS Mini School—program seru buat anak-anak biar mereka gak bosen atau kecanduan gadget saat ikut orang tua memilah sampah.
Di sini, anak-anak:
- Belajar langsung soal lingkungan
- Mengenal & memilah jenis sampah
- Bikin kerajinan dari barang bekas
Konsep belajarnya? Seru & interaktif! Ada banyak permainan edukatif, bahkan sekarang berkembang jadi program Tukar Asuh, di mana anak-anak saling menginap tiap bulan & ikutan berbagai aktivitas bareng keesokan harinya.
Dari Ngaglik ke Seluruh Jogja!
Keberhasilan GSSMu Ngaglik udah menginspirasi banyak daerah buat bikin gerakan serupa. Harapannya, makin banyak komunitas yang sadar kalau sampah itu bukan beban, tapi bisa jadi berkah kalau dikelola dengan benar!
Yang bikin GSSMu beda? Mereka ngajak keluarga buat terlibat langsung. Jadi, nilai-nilai kesadaran lingkungan ini gak cuma diterapkan satu generasi, tapi diwariskan ke generasi berikutnya.
Dengan konsep kekeluargaan ini, kesadaran lingkungan tumbuh secara alami & berkelanjutan. Gak cuma solusi buat sampah, tapi juga buat membangun karakter & kebiasaan baik dalam keluarga!
Jadi, kapan nih mulai ikutan gerakan zero waste?
Disadur dari www.goodnewsfromindonesia.id