Saham Properti Masuk Rekomendasi Walaupun Diprediksi September Effect

Bulan September dianggap bulan yang buruk bagi bursa saham, sampai-sampai ada istilah September Effect dan tahun ini diprediksi akan terjadi sehingga Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) akan mengalami penurunan.

Tapi, meskipun begitu ternyata sektor properti masih masuk dalam rekomendasi potensial bagi investor untuk mengoleksi saham lho.

Chris Apriliony, Analis Jasa Utama Capital Sekuritas menyebutkan terdapat koreksi cukup besar pada IHSG setiap September. Mengingat kurangnya sentimen positif di bursa saham.

“Kemungkinan akan terjadi di minggu kedua sampai ketiga September dengan bottom IHSG di area 5.920,” ucap Chris.

Herditya Wicaksana, Analis MNC Sekuritas juga telah memprediksi terjadinya koreksi IHSG pada bulan September-Oktober sejak awal tahun 2021. Menurutnya, kisaran bottom IHSG akan berada pada 5.500-5.850.

Hal senada juga disampaikan William Hartanto, Analis Panin Sekuritas September Effect kemungkinan bakal terjadi tetapi dengan penurunan terbatas. Sebab, bursa saham memiliki sentimen positif mengingat bank sentral Amerika Serikat menunda kebijakan tapering off.

“Untuk sekarang, IHSG sedang bergerak konsolidasi di area 6.000-6.172,” kata William.

Namun, ketiga analis ini juga sepakat bahwa penurunan IHSG merupakan momentum potensial bagi investor untuk mengoleksi sejumlah saham.

“Saya menyarankan investor untuk melakukan buy on weakness setiap ada pelemahan di bursa saham,” ujar William.

Kendati demikian, William juga menyarankan pelaku pasar untuk tidak membelinya secara agresif, tetapi cicil beli terlebih dahulu. Pasalnya,jika melihat siklus tahun terdapat momentum pelemahan pasar lain yang biasanya terjadi di November.

Herditya juga menyarankan hal yang sama yaitu investor untuk melakukan akumulasi saham dengan cara cicil beli. Apalagi jika IHSG berada di bawah level 5.900-6.000. Menurut Ia, saham-saham konstruksi dapat menjadi pilihan.

 “Secara teknikal, saham-saham konstruksi nampaknya sudah mulai menunjukkan tanda-tanda uptrend dalam jangka pendek,” ujar Herditya.

Chris pun juga mengatakan hal yang senada, penurunan IHSG ke bawah level 6.000 menjadi kesempatan menarik untuk mulai mengoleksi sejumlah saham.

Chris menyarankan investor untuk membeli saham-saham yang tidak terlalu berkorelasi signifikan terhadap pergerakan IHSG. Dengan begitu, saham-saham tersebut tidak akan terlalu terkena imbas dari tren penurunan IHSG.

“Sementara ini, saya cenderung memilih saham-saham second liner dan third liner,” ungkap Chris.

Disadur dari kompas.com

Bergabunglah dengan Diskusi

Compare listings

Membandingkan