Semua orang pasti punya resolusikan, resolusi itu semacam target yang biasanya dipasang di awal tahun. Tahun ini skripsi harus selesai, dapet jodoh, dll. Nah, barangkali temen-temen ada yang punya resolusi beli rumah tahun ini. Pas banget nih, skuy baca tipsnya biar bisa terwujud beli rumahnya.
Andy Nugroho, Perencana Keuangan dari Advisors Alliance Group Indonesia menyebutkan, ada beberapa hal yang harus disiapkan kalau ingin beli rumah lewat KPR. Pertama Kamu harus realistis, artinya Kamu harus menyesuaikan dengan pemasukan.
“Kadang-kadang orang kurang realistis dalam memilih rumah impiannya. Padahal harus sesuai dengan kemampuannya. Bagi yang kerja di Jakarta, terkadang rumah yang terjangkau untuk kita sudah di pinggir Jakarta bahkan di Bodetabek,” ungkapnya ketika dihubungi detikcom, Minggu (3/1/2021).
Lalu siapkan kebutuhan lainnya dan jangan lupa untuk bayar uang muka (dp). Andy menyarankan sebaiknya memilih pembayaran DP rumah yang tidak menguras tabungan. Harus ada sisa tabungan untuk keperluan darurat.
Namun, kadang-kadang dalam misi pencarian rumah memang menyulitkan. Andy pun memberikan pengecualian, boleh saja bayar DP yang menguras tabungan tapi rumah yang dipilih benar-benar sesuai dengan yang diinginkan, baik dari segi kuaitas maupun lokasinya.
“Karena kalau sudah dapat yang cocok, terus kita tunda 2-3 bulan rumah itu sudah terjual. Atau kalaupun masih ada harganya naik. Jadi boleh saja. Solusinya, walaupun semua tabungannya habis untuk DP dengan perhitungan masih bisa bayar cicilan kredit dan bisa nabung dari 0 lagi, ya saya rasa nggak masalah juga. Karena kadang untuk mendapatkan rumah yang sudah cocok itu susah lagi,” imbuhnya.
Selanjutnya pastikan cicilan KPR yang dipilih tidak lebih dari 30% dari pemasukan. Dalam pengajuan KPR biasanya pihak perbankan sudah memperhitungkan hal tersebut. Selain itu, pihak bank juga akan melacak beban cicilan calon pembeli melalui BI checking.
Andy juga menyarankan jika cicilan KPR yang diambil sudah mentok atau sudah 30% dari pendapatan, mendingan ga usah lagi nambah beban cicilan seperti mengajukan kredit kendaraan misalnya. Sebab, tentu itu akan menganggu kesehatan keuangan, Kamu jadi ga bisa nabung, jalan-jalan atau berinvestasi.
“Tapi kadang ada saja yang memaksakan diri. Bahkan ada yang mengakali untuk KPR suami yang mengajukan, untuk kendaraan istri yang mengajukan. Ya boleh-boleh saja si kan mereka yang mengelola dan mereka juga yang merasakan,” ujarnya.
Tapi Jika Kamu ingin memaksakan diri tentunya Kamu harus paham konsekuensinya. Artinya Kamu harus mengorbankan pos lainnya, misalnya untuk sementara waktu tidak ada lagi liburan atau bahkan tidak bisa menyisihkan uang untuk menabung.
“Karena kalau punya kendaraan juga harus siap pengeluarannya juga, untuk service, perawatan sampai bayar pajak. Jadi boleh saja tapi konsekuensinya ya gaji terasa cuma numpang lewat,” pungkasnya.
Disadur dari detik.com