Walaupun secara umum masih kalah dengan rumah tapak, dua tipe apartemen strata atau kondominium masih menjadi incaran favorit konsumen di Jakarta.
Hal tersebut disampaikan oleh Martin Samuel Hutapea, Associate Director Research & Consultancy Department Leads Property Services Indonesia.
“Sebagian besar pembeli masih memburu tipe Studio serta 2 kamar tidur dengan harga hingga Rp 2 miliar,” ungkap Martin dalam laporannya, Senin (17/01/2022).
Blio menjelaskan, belum adanya proyek baru yang dirilis pada Kuartal IV-2021. Kondisi ini yang membuat permintaan kumulatif stabil di angka 256.394 unit.
Dari segi distribusi pasokan juga masih belum ada perubahan secara signifikan. Wilayah Jakarta Barat dan Jakarta Selatan masih mendominasi masing-masing sekitar 20 persen, dan diikuti oleh Jakarta pusat di angka 18 persen.
Absennya penambahan proyek-proyek hunian baru di Kuartal IV-2021, berdampak pada tingkat penjualan menjadi 83,6 persen atau naik 0,2 poin dibandingkan kuartal sebelumnya.
Para konsumen memanfaatkan diskon dari pemerintah alias insentif pajak Pemerintah dan gimik dari developer, seperti potongan harga, furnitur, bebas akad, bebas BPHTB, bunga bank rendah untuk beberapa tahun pertama cicilan KPA, serta panjangnya tenor KPA hingga 20 tahun.
Walaupun sementara ini, preferensi konsumen hunian agaknya sedikit berpindah haluan ke rumah tapak selama pandemi berlangsung lantaran dinilai lebih aman dari penyebaran Covid-19.
Menurut blio, pada kuartal terakhir 2021 kemarin, masih belum terjadi peningkatan harga yang signifikan sejak kuartal sebelumnya.
Dibandingkan kuartal lalu, harga kondominium di kawasan Central Business District (CBD) masih stabil. Karena hanya mengalami kenaikan sebesar 0,08 persen dan mencatatkan angka sebesar Rp 48,23 juta per meter persegi.
“Sedangkan di area prime tertentu, mencatatkan harga Rp 34,39 juta per meter persegi atau sedikit bergerak naik 0,17 persen saja,” ungkap Martin.
Karena melihat kondisi pasar yang masih mencoba bangkit selama Kuartal IV-2021, para developer kondominium pun masih memilih menahan diri untuk menaikkan harga
Developer lebih memilih untuk membombardir konsumen dengan insentif pajak dan gimik daripada menaikkan harga supaya produk hunian yang tersisa dapat lebih cepat terserap oleh pasar.
Menurut Martin, tingkat penjualan kondominium dipredikisi akan naik pada Kuartal I-2022. Dengan kisaran 83-84 persen. Dengan catatan bahwa insentif pajak serta gimik masih tetap ada dan tidak ada kondominium baru yang dirilis.
“Sementara harga diperkirakan sedikit demi sedikit bertumbuh, khususnya di segmen menengah,” tandasnya.
Disadur dari kompas.com