Indonesia Property Watch (IPW) melaporkan, harga rerata unit rumah yang laku terjual di kawasan Jabodetabek-Banten turun -22,9 persen (qtq) menjadi Rp805,38 juta pada kuartal IV tahun 2021.
Ali Tranghanda, CEO IPW menyampaikan bahwa penurunan tertinggi atau sebesar -38,7 persen terjadi di Tangerang dan sekitarnya sebagai indikasi minat pasar bergeser ke segmen lebih rendah.
Adapun harga unit rumah di Tangerang pada kuartal IV tahun 2021 berada di kisaran Rp 700-an juta. Menurun dari kuartal sebelumnya yang berada di kisaran Rp 1 miliar lebih.
“Penurunan harga unit rumah juga terjadi di Depok, Bekasi, Cilegon dan Serang,” kata blio dalam laporan, Senin (17/1/2022).
Untuk kenaikan tertinggi harga rumah terjual rata-rata terjadi di Bogor sebesar 31,9 persen sebagai indikasi lebih banyak rumah terjual di segmen menengah atas. Harga unit rumah di Bogor pada kuartal IV tahun 2021 berada pada level di atas Rp1 miliaran.
“Untuk Jakarta di kuartal IV tahun 2021 ada kenaikan harga unit rumah yang terjual yakni sekitar Rp2,8 miliar,” ungkapnya.
Ali menyebutkan, terdapat 2.502 unit rumah yang terjual di wilayah Jabodebek-Banten sepanjang kuartal IV tahun 2021. Pertumbuhan unit terjual pada kuartal IV tahun 2021 tumbuh 9,3 persen (qtq).
Pertumbuhan unit terjual terjadi di sejumlah wilayah, di antaranya adalah Depok sebesar 41,7 persen, disusul Bogor 37,3 persen, Serang 30,5 persen, dan Cilegon 21,0 persen.
Sedangkan untuk wilayah Jakarta, Bekasi, serta Tangerang dan sekitarnya justru mengalami penurunan tipis unit yang terjual. Penurunan tersebut di Tangerang sebesar -0,1 persen, Jakarta -0,6 persen, dan Bekasi -0,9 persen.
Berkaitan dengan harga, segmen unit rumah yang terjual dengan range harga Rp300-500 juta bertumbuh sebesar 52,3 persen dari kuartal III tahun 2021 yang sebesar 20,5 persen.
Sedangkan segmen unit rumah yang terjual dengan harga di bawah Rp300 juta bertumbuh sebesar 20,6 persen dari kuartal III tahun 2021 yang mengalami -15,7 persen.
Penurunan yang lebih tajam terjadi pada unit rumah yang terjual lebih dari Rp 2 miliar yang turun sebesar -31,6 persen dari kuartal III/2021 yang bertengger di level 89,9 persen.
Hal yang sama juga terjadi pada segmen unit rumah yang terjual dengan range harga Rp 1-2 miliar di mana pada kuartal IV berada di level 12,4 persen dari kuartal sebelumnya yang berada 35,3 persen.
Segmen unit rumah yang terjual di kisaran Rp 500 juta – Rp 1 miliar juga tidak luput dari penurunan, yang mengalami penurunan sebesar -4,5 persen menurun dari kuartal III tahun 2021 yang mengalami 2,5 persen.
“Komposisi penjualan di segmen menengah Rp300 jutaan sampai 1 miliaran mendominasi penjualan rumah pada kuartal IV tahun 2021,” ungkap Ali memaparkan pertumbuhan penjualan rumah ready stock pada kuartal IV tahun 2021 tumbuh tinggi atau 76,8 persen (qtq).
Angka ini melanjutkan tren pertumbuhan yang terjadi sejak program insentif PPN diberlakukan pada 1 Maret 2020 silam.
“Hal ini juga berdampak pada komposisi penjualan rumah ready stock yang naik menjadi 39,87 persen dibandingkan indent 60,13 persen,” ujarnya.
Secara umum, Ali menambahkan, kinerja pasar perumahan tahun 2021 relatif lebih baik ketimbang tahun 2020 dengan kenaikan unit terjual 27,3 persen dan kenaikan nilai penjualan 69,0 persen.
“Sampai kuartal III tahun 2021 pasar perumahan terus terkonsentrasi di segmen menengah-atas. Namun pada kuartal IV tahun 2021 pasar mulai bergeser ke segmen yang lebih rendah meskipun belum membentuk tren yang stabil,” paparnya.
Menurut Ali, kemungkinan pada pergerakan pasar ke depan pasar akan kembali ke segmen yang lebih ‘membumi’ dengan target end-user.
Disadur dari bisnis.com