Wabah Covid-19 yang sudah berjalan 2 tahun lebih tentu berdampak pada berbagai sektor kehidupan. Salah satu yang mungkin kurang diperhatikan adalah meroketnya penggunaan energi rumah tangga.
Sebelum corona datang, banyak anjuran mengenai ventilasi, jendela, celah pintu, dan cerobong asap yang bisa menyebabkan pemanas atau pendingin ruangan terbuang sia-sia.
Namun, jauh berbeda 180 derajat sejak corona merebak, muncul anjuran untuk mengoptimalkan pemakaian ventilasi agar sirkulasi udara dapat terjaga dengan baik.
Otoritas Perlindungan Lingkungan Amerika Serikat, Pusat Pengendalian Penyakit dan Pemerintah New South Wales menyarankan untuk membiarkan jendela tetap terbuka agar dapat mengurangi risiko penularan Covid-19 melalui udara.
Karena itu, kinerja pendingin dan pemanas ruangan harus lebih tinggi sehingga penggunaan energi rumah tangga juga turut mengalami peningkatan.
Tercatat terjadi peningkatan pemakaian energi rumah tangga yang berasal dari pendingin dan pemanas ruangan selama pandemi ini sebesar 40 persen.
Apalagi ditambah dengan pemakaian pembersih udara filter HEPA yang direkomendasikan untuk menyaring asap dari rumah. Survei Perilaku Konsumen Energi belum lama ini mendapati bahwa 11 persen rumah tangga di seluruh Australia sudah mempunyai satu atau lebih dehumidifier.
Lonjakan penggunaan barang elektronik tersebut tentunya juga membuat semakin tingginya biaya listrik sepanjang tahun, bahkan untuk rumah tangga yang tidak sanggup membeli air conditioner.
Proyek Digital Energy Futures di Monash University melihat fenomena ini dan tren teknologi yang muncul dapat berdampak pada permintaan listrik yang lebih tinggi, dikutip dari artikel yang ditulis oleh Larissa Nicholls, asisten peneliti dari Monash University, Minggu (27/2/2022).
Banyak orang kerap kali menganggap bahwa menghasilkan lebih banyak energi bisa menjadi solusi. Tetapi ternyata, lebih banyak energi tidak membantu apabila infrastruktur listrik lokal tak sanggup menyalurkannya ke tempat yang lebih membutuhkan.
Ditambah lagi, energi lebih tersebut tetap bersumber dari bahan bakar fosil yang berperan terhadap perubahan iklim.
Salah satu langkah yang perlu diambil oleh para pemangku kepentingan dalam merespon hal ini adalah dengan penggunaan solar sponge yang berfungsi untuk menyerap kelebihan energi bersih dan menyeimbangkan pasokan serta kebutuhan listrik.
Tidak hanya itu, pemanasan air panas di siang hari dan pengisian kendaraan listrik akan dapat membantu jalan menuju sistem kelistrikan yang bersih dan terjangkau.
Lebih lanjut, menyimpan baterai lebih banyak bisa membantu menutupi kebutuhan listrik dengan energi dari sumber terbarukan serta dapat mengurangi penggunaan listrik yang tidak penting untuk periode satu hingga dua jam sekitar matahari terbenam.
Upaya lain yang juga bisa dilakukan adalah dengan mendinginkan dan membersihkan udara di rumah pada pagi atau sore hari, daripada tepat ketika matahari terbenam. Hal tersebut dinilai dapat mengurangi biaya dan emisi karbon dari penggunaan listrik rumah tangga.
Terkait hal ini, semua sektor kehidupan hingga pemerintah yang membuat kebijakan kelistrikan harus bekerja keras dan berupaya menciptakan sistem energi bertenaga bersih di masa depan.
Disadur dari kompas.com