Hasil Survei Harga Properti Residensial (SHPR) yang dirilis oleh Bank Indonesia (BI) mengindikasikan bahwa terjadi kenaikan harga rumah pada triwulan III-2021. Diperkirakan pada triwulan IV-2021 kenaikan harga rumah masih tertahan.
Hal ini tampak dari kenaikan Indeks Harga Properti Residensial (IHPR) triwulan III-2021 yang sebesar 1,41 persen year on year (yoy), tidak lebih tinggi ketimbang pertumbuhan triwulan II-2021 yang sebesar 1,49 persen (yoy).
Sementara itu, responden memprediksi pertumbuhan harga properti masih akan tertahan pada triwulan IV-2021. Hal tersebut tampak dari pertumbuhan IHPR triwulan IV-2021 sebesar 1,19 persen (yoy), lebih rendah ketimbang pada triwulan III-2021 sebesar 1,41 persen (yoy), maupun triwulan IV-2020 yakni 1,43 persen (yoy).
Perlambatan pertumbuhan harga rumah ini diperkirakan terjadi di seluruh tipe rumah, baik tipe rumah kecil, sedang, dan besar. Masing-masing diprediksi tumbuh sebesar 1,78 persen (yoy), 1,19 persen (yoy), dan 0,60 persen (yoy), yang tentunya tidak lebih tinggi dari 2,03 persen (yoy), 1,9 persen (yoy), dan 0,80 persen (yoy) pada triwulan sebelumnya.
Ditambah lagi karena adanya diskon PPN 10 persen yang masih berlanjut tentu turut andil dalam perlambatan kenaikan harga diprakirakan bakal terjadi pada seluruh tipe rumah
Secara spasial, perlambatan diprediksi terjadi di sebagian besar kota yang telah disurvei, terutama di kota Medan dan Yogyakarta yang diprediksi hanya tumbuh sebesar 2,24 persen (yoy) dan 2,76 persen (yoy), lebih rendah dibandingkan dengan triwulan III-2021 yakni 2,96 persen (yoy) dan 3,24 persen (yoy).
Secara triwulanan, pertumbuhan harga rumah juga diprediksi tertahan pada triwulan IV-2021. Pertumbuhan harga rumah pada triwulan IV-2021 diprakirakan sebesar 0,01 persen quarter to quarter (qtq), lebih rendah dibandingkan pada triwulan III-2021 yakni 0,34 persen (qtq) maupun pada triwulan IV-2020 yakni 0,22 persen (qtq).
Perlambatan pertumbuhan properti residensial triwulanan diprediksi bakal terjadi pada seluruh tipe rumah dan di sebagian besar kota yang telah disurvei.
Terutama di Samarinda dan Pekanbaru yang masing-masing diprediksi sebesar 0,13 persen (qtq) dan 0 persen (qtq), lebih rendah dibandingkan pada triwulan III-2021 yakni 2,05 persen (qtq) dan 0,97 persen (qtq).
Sebagai informasi, BI melakukan survei terhadap sampel pengembang proyek perumahan (developer) di 16 kota yaitu Surabaya, Semarang, Yogyakarta, Bandung, Jabodebek dan Banten,
Kemudian, Banjarmasin, Bandar Lampung, Palembang, Manado, Makasar, Denpasar, Pontianak, Padang, Medan, Batam, dan Balikpapan.
Disadur dari kompas.com