Para developer/pengembang perumahan terus berinovasi dengan menghadirkan berbagai macam model hunian terjangkau seiring dengan semakin tingginya kebutuhan akan rumah.
Salah satu inovasi yang dilakukan adalah dengan membangun rumah compact atau tempat tinggal terpadu dengan konsep minimalis di lahan terbatas.
Biasanya, bangunan rumah compact ini memiliki luas antara 40 meter persegi hingga 70 meter persegi dan berdiri di atas lahan yang berukuran kurang dari 100 meter persegi.
Menurut Bambang Eka Jaya, Wakil Ketua Umum Real Estat Indonesia (REI), rumah compact banyak didirikan di kawasan perkotaan seperti Jakarta.
Selain karena harga lahan yang semakin mahal dan semakin terbatas, keberadaan rumah compact ini juga diharapkan agar harga yang ditawarkan tetap terjangkau, terutama bagi masyarakat yang belum mempunyai rumah.
“Rumah compact ini lagi ngetren dan banyak dibangun oleh pengembang saat ini, tujuannya untuk menekan harga. Ukuran yang minimalis jadi tetap bisa memenuhi kebutuhan penghuni rumah,” ujar Bambang, Minggu (13/02/2022).
Sebagai contoh, hunian yang didirikan di area Jakarta barat dengan luas kurang lebih 45 meter persegi. Kata dia, hunian compact tersebut mempunyai ruang-ruang esensial seperti ruang keluarga, ruang makan, dapur, dua sampai dengan tiga kamar tidur, bahkan hingga garasi mobil.
“Jadi tetap ada garasi mobilnya juga, selain itu di dalam rumahnya malah ada ruang makan, ruang keluarga, dua kamar dan dapur,” kata blio.
Hunian compact biasanya memiliki furnitur yang berukuran kecil lantaran hunian compact memang berukuran minimalis. Bahkan, tak jarang hunian compact yang memiliki furnitur bersifat multifungsi dan mudah disimpan.
Sebagai contoh, meja makan yang bisa dilipat dan menjadi laci, kasur yang bisa dilipat ke dinding, dan lain sebagainya.
Keberadaan hunian compact bisa sebagai alternatif sekaligus solusi untuk para konsumen yang ingin memiliki rumah di kota selain apartemen. Menurut blio, rumah compact sangat cocok untuk generasi milenial atau pasangan muda.
“Strukturnya berderet, tidak mungkin single house. Ini solusi masyarakat dengan dana terbatas untuk tetap bisa punya rumah di perkotaan tapi tidak tinggal di apartemen,” ujar Bambang.
Disadur dari kompas.com