Salah satu proyek yang saat ini digarap oleh pemerintah adalah proyek jalan tol Yogyakarta-Solo-Bandara Yogyakarta International Airport (YIA) Kulonprogo. Ditarget pada tahun 2024 mendatang jalan tol yang memiliki panjang total 96,57 km ini bisa tersambung secara keseluruhan.
Jika jalan tol ini sudah mulai beroperasi, pastinya bakal ada banyak bisnis yang bermunculan dan berkembang di sekitaran jalan tol.
Syarifah Syauka, Senior Research Advisor Knight Frank Indonesia menyampaikan, bisnis yang bakal berkembang di sepanjang jalan tol Yogyakarta-Solo-YIA Kulonprogo adalah bisnis residensial terutama untuk kalangan mahasiswa.
“Jika melihat rencana jalurnya, Klaten dan Kulonprogo akan menjadi area prospektif yang dilalui,” ungkap Syarifah dalam wawancara bersama Kompas.com.
“Dengan keberadaan beberapa perguruan tinggi, usaha student housing bepotensi tumbuh selain residential secara umum,” terangnya.
Untuk para pengusaha yang hendak mengembangkan bisnisnya maka harus melihat lagi rencana tata ruang daerah tersebut, menurut Syarifah.
“Mempelajari rencana tata ruan daerah setempat sangat penting agar mereka dapat menemukan pola dan strategi usaha kedepan yang sesuai dengan rencana pengembangan kawasan,” Syarifah menjelaskan.
Terkait dengan ini, Syarifah menambahkan, pemerintah dapat mempertimbangkan alokasi ruang untuk kegiatan komersial berskala mikro sampai makro dalam koridor/jalur pengembangan transportasi.
“Kerjasama dan kemitraan antara pemerintah, swasta dan masyarakat menjadi penting untuk produktivitas wilayah yang lebih optimal,” pungkasnya.
Fyi, nilai investasi jalan tol Yogyakarta-Solo-Kulonprogo ditaksir senilai Rp 26,63 triliun dengan masa konsesi 40 tahun sejak Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK).
Dengan keberadaan tol ini diharapkan mampu menciptakan efek berganda (multiplier effect) bagi pertumbuhan ekonomi di kawasan sekitarnya, khususnya sektor pariwisata di kawasan DPSP Borobudur.
Disadur dari kompas.com