Di tengah-tengah puing-puing pasar Godean yang lagi di-renov, ada satu bangunan yang masih kokoh berdiri. Eh, ternyata itu bukan bangunan biasa, Bro, tapi makam tua, loh! Bangunan cukup kecil, cuma sekitar 3 x 3 meter aja. Lokasinya berada di samping jalan. Jadi, siapa aja yang lewat pasti ngelihat.
Warga Godean pada ngenal bangunan itu sebagai makam Mbah Jembrak. Di dalam cungkupnya ada dua nisan. Waktu kita coba ngintip bareng tukang parkir, sayangnya, pintunya ke-kunci.
Tapi dari celah-celahnya keliatan dua nisan yang berjejer, ditutup tirai kain putih. Katanya, itu nisan Mbah Jembrak sama istrinya.
Siapa Mbah Jembrak?
Salah satu sesepuh warga setempat yang bernama Sutinah (75) mengungkapkan, menurut cerita yang dia denganr, Mbah Jembrak ini merupakan seorang pengikut Pangeran Diponegoro
“Mbah Jembrak itu punya nama asli Pangeran Haryo Gagak Andoko berasal dari Demak,” ucap Sutinah beberapa waktu silam.
Julukan Mbak Jembrak muncul karena ketika bertapa jenggot dan rambutnya tumbuh sampai panjang. Dalam bahasa Jawa disebut ‘grembyak-grembyak’.
“Dulu Mbah Jembrak bertapa di Pasar Godean selama bertahun-tahun sampai akhirnya muksa,” ucap Sutinah.
“Makam Mbah Jembrak di Godean itu karena beliau berkenannya di situ. Katanya untuk kesejahteraan Pasar Godean sampai saat ini,” tambahnya.
Menurut Robertus Esthi Raharja Prasetya selaku Kepala UPT Pelayanan Pasar Wilayah 1, ada banyak versi sejarah soal asal muasal makam itu. Sepemahamannya, warga sekitar menyebut makam itu adalah makam Mbah Jembrak. Di dalam cungkup itu terdapat dua nisan.
“Konon itu Mbah Jembrak, yang merupakan leluhur atau tetua dari masyarakat Godean. Dari folklor seperti itu,” ungkap Esthi ketika dihubungi wartawan.
Namun, ada juga masyarakat yang bilang kalo makam itu adalah makam seseorang dari Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat. Ada juga yang meyakininya sebagai guru spiritual.
“Memang banyak versi, karena itu makam sudah ada bahkan sebelum zaman Belanda. Kan Pasar Godean itu berdiri tahun ’40,” ungkapnya.
“(Banyak versi sejarah) Silakan yang diyakini yang mana,” imbuhnya.
Meski ukurannya kecil dan sempit, makam tersebut sering didatangi oleh peziarah dalam waktu-waktu tertentu.
“Yang ziarah ada mungkin dari luar kota. Hampir setiap Kamis Pahing malam Jumat Pon,” ujarnya.
Jadi Wisata Religi
Esthi bilang, nantinya cungkup juga bakal ikut direvitalisasi sejalan dengan pembangunan Pasar Godean. Makam Mbah Jembrak ini bakal dijadikan sebagai tempat wisata religi.
“Itu kan kearifan lokal, nanti direncanakan akan jadi wisata religi. Bangunannya akan kami perlebar supaya masyarakat nyaman,” katanya.
Konstruksi Pasar Godean dijadwalkan rampung di pertengahan 2024. Pasar Godean juga diusahakan bakal beroperasi di tahun yang sama.
“Itu yang mengerjakan Kementerian (PUPR) target selesai tahun 2024, nanti ada serah terima dan lain-lain baru bisa operasional. Semoga di 2024 sudah bisa operasional,” katanya.
Situs Budaya
Bupati Sleman Kustini Sri Purnomo pun turut angkat suara terkait keberadaan makam tersebut. Blio bilang pemerintah tetap mempertahankan makam tersebut karena merupakan situs cagar budaya.
“Makam tidak ikut dipugar. Akan tetap berada di tempat awalnya,” ucap Kustini.
Blio ngejelasin, dalam rancangan desain revitalisasi Pasar Godean tetap akan memperhatikan keberadaan makam tersebut. Makam tersebut tak akan direlokasi melainkan tetap menyatu dengan bangunan pasar.
“Tempatnya akan tetap di situ, dan sudah didesain agar tetap menyatu dengan bangunan pasar,” tandasnya.
Disadur dari detik.com