Pasokan apartemen baru di Jakarta pada Kuartal II 2024 nihil, bikin total pasokan tetap di 259.364 unit. Kenapa nggak ada pasokan baru? Karena pengembang pesimis sama kondisi pasar apartemen Jakarta.
Ditambah lagi, nilai tukar Rupiah yang lemah terhadap Dolar AS bikin biaya konstruksi naik, jadi beban buat pengembang.
Data dari Leads Property nunjukin permintaan apartemen di Jakarta naik tipis 0,1% jadi 214.692 unit di Kuartal II 2024.
Martin Samuel Hutapea dari Leads Property bilang, insentif PPN 100% yang berakhir 30 Juni 2024 memotivasi konsumen buat beli apartemen. Meskipun suku bunga naik, pembeli masih andalkan pinjaman bank buat bayar cicilan.
Tapi, permintaan unit apartemen di Jakarta lambat, jadi tingkat penjualan nggak naik signifikan. Nggak adanya proyek baru juga berpengaruh ke penjualan.
Leads Property catat, tingkat penjualan apartemen di Jakarta naik tipis 0,1% jadi 82,8%. Angka ini udah stabil di sekitar 82% sejak tiga tahun terakhir. Martin bilang, tingkat penjualan diprediksi bakal tetap di antara 82%-83% di kuartal berikutnya.
Di kawasan CBD Jakarta dan prime Jakarta, harga apartemen naik sedikit, masing-masing 0,1% dan 0,4%, jadi Rp56,7 juta per meter persegi dan Rp47,3 juta per meter persegi. Martin jelasin, pasar apartemen lagi berjuang buat naikin harga ke level sebelum pandemi.
Penyesuaian harga ini berasal dari proyek-proyek dengan unit terbatas yang coba ambil untung setelah periode stagnasi.
Rupiah yang melemah terhadap Dolar AS berdampak ke biaya konstruksi proyek baru yang diperkirakan berlangsung tahun ini. Bank Indonesia udah naikin suku bunga jadi 6,25% buat stabilin Rupiah yang turun jadi sekitar Rp16.165 per USD di akhir Kuartal II 2024.
Martin bilang, kenaikan PPN jadi 12%, tingginya suku bunga, dan inflasi bakal hambat permintaan pasar apartemen. Berakhirnya insentif PPN total tahun ini juga bakal perlambat permintaan. Martin bilang, tingkat penjualan diperkirakan turun karena ada pasokan baru.
Disadur dari realestat.id